Kisahtentang Cut Nyak Dien adalah kisah heroisme gender perempuan berasal dari Nusantara yang mampu menggetarkan hati penjajah Belanda, meski perempuan kerap dianggap lemah dibanding laki laki, namun nama perempuan asal Aceh ini membuat petinggi kaum kolonial berpikir seribu kali untuk menganggapnya biasa saja. CutNyak Dhien (éjahan heubeul: Tjoet Nja' Dhien, Lampadang, Karajaan Acéh, 1848 - Sumedang, Jawa Kulon, 6 Nopémber 1908; dikurebkeun di Gunung Puyuh, Sumedang) nyaéta salah saurang Pahlawan Nasional Indonésia ti Acéh anu bajoang ngalawan Walanda dina mangsa Perang Acéh.Sanggeus wewengkon VI Mukim diserang, manéhna ngungsi sedengkeun salakina, Ibrahim Lamnga tempur ngalawan Walanda. Pahlawanitu bernama Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien adalah seorang tokoh perempuan hebat Indonesia yang tak kenal menyerah dalam berjuang melawan penjajah. Cut Nyak Dien lalu dijuluki sebagai "Ratu Aceh" karena tekadnya yang kuat dalam melawan kolonial Belanda di Aceh, Indonesia. Sepanjang masa hidupnya, Cut Nyak Dien terus melakukan Maafjika ada kurangnya harap di maklumi kami masih belajar dan jika suka dengan video kami silahkan di like dan jika tida silahkan dislike XI MIPA 6 DijualRumah di Jl.Cut Nyak Dien Menteng. Jakarta Pusat. Seluas 1078 m. Bersertifikat Hak Milik. Terdiri dari 2 Lantai. Menghadap ke Timur Laut. ID Iklan. hos10787032. Tipe Properti. Sabtu 06 Agustus 2022 13:13 WIB. INDOZONE.ID - Penangkapan Cut Nyak Dien ternyata memiliki kisah yang memilukan di baliknya. Pasalnya ia menerima pengkhianatan langsung dari orang kepercayaannya sendiri. Nama Cut Nyak Dien terkenal akan pahlawan yang membela hak-hak perempuan dalam memberontak penjajahan Belanda di Indonesia. Takhanya Teuku Umar yang dilumpuhkan pada bulan puasa. Salah satu istrinya, seorang pahlawan bangsa Aceh, Cut Nyak Dien, juga dilumpuhkan di tahun-tahun sesudahnya pada bulan Ramadan. Pada tengah malam, 6 November 1905, bertemulah Panglima Laot dengan sepasukan serdadu patroli Kompeni. KeluargaCut Nyak Dhien ikut berperang mempertahankan daerahnya. Teuku Nanta memimpin rakyat wilayah VI Mukim dan menantunya, Teuku Ibrahim, selalu berada di garis depan untuk memimpin pasukan. Sejak saat itu, Cut Nyak Dhien dan anaknya ditinggal suaminya dan hanya dijenguk sesekali. Pada 1875, Belanda mulai memasuki wilayah IV Musim sehingga Jawaban 1 mempertanyakan: 29. Perhatikan pernyataan dibawah ini! 1) perlawanan rakyat Aceh dipimpin oleh Cut Nyak Dien dan Teuku Umar
2) perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin Sultan Harun
3) perlawanan rakyat Denak menyerang Sunda Kelapa dipimpin falatehan
4) perlawanan rakyat Jawa dipimpin Pangeran Diponegoro
5) perlawanan rakyat Demak menyerang Maluku dipimpin Pati Unus LAMANRIAUCOM, PEKANBARU - Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Riau akan pindah kantor ke gedung Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Riau lama, di jalan Gajah Mada, Pekanbaru. Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau, Yan Prana Jaya Indra Rasyid mengatakan, pemindahan kantor BPKAD dikarenakan kantor BPKAD saat ini yang berada di jalan Cut Nyak Dien, Pekanbaru Dh4kZ. – Cut Nyak Dien merupakan salah satu pahlawan nasional wanita yang dengan semangat berjuang melawan Belanda pada masa perang Aceh. Sebagai pahalawan wanita Indonesia walaupun dia seorang perempuan namun memiliki semangat juang yang tinggi serta rela mengorbankan kehidupan bahkan nyawanya untuk membela kaumnya dan Negaranya . Untuk lebih jelas mengetahui latar belakang Pahlawan Wanita ini, simak biografi lengkpanya di bawah ini. Biografi Singkat Cut Nyak Dhien Nama Lengkap Cut Nyak Dhien Lahir Lampadang, Kesultanan Aceh, 1848 Wafat Sumedang, Jawa Barat 6 November 1908 Agama Islam Orangtua Teuku Nanta Seutia Suami Ibrahim Lamnga, Teuku Umar Biografi Lengkap Cut Nyak Dhien Cut nyak dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besarm pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia merupakan seorang uleebalang VI Mukim, seorang keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau. Datuk Makhdum Sati merupakan keturunan Laksamana Muda Nanta, yang merupakan perwakilan kesultanan Aceh pada zaman Sultan Iskandar Muda di Pariaman. Sedangkan ibu Cut Nyak Dhien adalah putri Uleebalang Lampageu. Kehidupan Cut Nyak Dhien dan Jajahan Belanda Cut Nyak Dhien kecil merupakan anak yang cantik dan taat beragama. Ia mendapatkan pendidikan Agama dari orangtua dan guru agama. Banyak lelaki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha untuk melamarnya. Hingga pada usia 12 tahun, Cut Nyak Dhien dinikahkan oleh orangtuanya dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga tahun 1862, yang merupakan putra dari Uleebalang Lamnga XII. Pada tanggal 26 maret 1873, Belanda menyatakan perang terhadap Aceh dengan memulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Cidatel Van Antwerpen. Pada perang pertama 1873-1874, Aceh melakukan perlawanan terhadap Belanda yang saat itu di pimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Macmud Syah. Pada tanggal 8 April 1873 Belanda mendarat di pantai Ceureuneb dibawah pimpinan Kohler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturahman dan membakarnya. Namun kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama, Ibrahim Lamnga yang bertarung dibarisan depan kembali dengan sorak kemenangan sementara Kohler tewas tertembak pada April 1873. Pada tahun 1874-1880, dibawah pimpinan Jenderal Jan Van Swieten, daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda pada tahun 1873, sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. AKhirnya Cut Nyak Dhien dan bayinya bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya mengunggi pada tanggal 24 Desember 1875. Sedangkan suaminya Ibrahim Lamnga melanjutkan pertempuran untuk merebut kembali daerah VI Mukim. Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda. Perlawanan Cut Nyak Dhien Terhadap Belanda Setelah kematian suaminya, pada tahun 1880 ia kembali dilamar oleh Teuku umar. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolaknya, tapi karena Teuku Umar membolehkannya untuk ikut dalam medan perang, Akhirnya Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengannya dan mereka di karuniai anak yang diberi nama Cut Gambang. Setelah itu mereka bersama-sama bertempur melawan Belanda. Perlawaan terhadap Belanda dilanjutnya dengan perang gerilya dan dikorbankan secara fi’sabilillah. Sekitar pada tahun 1875, Teuku Umar melakukan gerakan dengan melakukan pendekatan terhadap Belanda dan hubungannya terhadap Belanda semakin kuat. Pada tanggal 30 september 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan menyerahkan diri kepada Belanda. Belanda sangat senang karena musuh yang dianggapnya berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan gelar pada Teuku umar dengan gelar Teuku Umar Johan Pahlawan, dan menjadikannya sebagai komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Dibalik penyerahan dirinya, Teuku Umar merahasiakan rencananya untuk menipu Belanda, meskipun ia dituduh sebagai pengkhianat oleh orang Aceh. Bahkan, Cut Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya karena Teuku Umar berkhianat untuk rakyat Aceh. Cut Nyak Dhien berusa memberikan penjelasan terhadap Cut Meutia bahwa suaminya akan kembali untuk melawan Belanda lagi. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan ia mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di Unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasuka tersebut cukup, Teuku Umar mulai melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh. Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dengan perlengkapan berat, senjata dan amunisi Belanda lalu mereka tidak pernah kembali. Penghiatan tersebut dikenal dengan Het verraad van Teukoe Oemar pengkhianatan Teuku Umar. Teuku Umar yang mengkhianati Belanda dan menyebabkan Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar. Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda sementara Jend. Van Swieten diganti. Penggantinya, adalah Jend. Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, namun dengan cepat ia terbunuh dan pasukan Belanda berada pada kekacauan. Belanda lalu mencabut gelar Teuku Umar , membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya. Dien dan Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh Kutaraja dan Meulaboh bekas basis Teuku Umar, sehingga Belanda terus-terusan mengganti jendral yang bertugas. Unit “Marechaussee” lalu dikirim ke Aceh, mereka dianggap biadab dan sulit untuk di taklukkan oleh orang Aceh. Selain dianggap biadab, kebanyakan dari pasukan “De Marsose” merupakan orang Tionghoa-Ambon’ yang dapat menghancurkan semua apa yang ada di jalannya. Akibatnya, pasukan Belanda merasa simpati kepada orang Aceh dan akhirnya Van der Heyden membubarkan unit “De Marsose”. Peristiwa ini menyebabkan kesuksekan jenderal selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad karena kehilangan nyawa dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh. Kemudian Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak untuk mendapatkan informasi. Hingga akhirnya Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Akhirnya Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien menangis karena kematian ayahnya, Cut Gambang ditampar oleh Ibunya yang lalu memeluknya dengan berkata “Sebagai perempuan Aceh, Kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid.” setelah kematian dari suaminya, Cut Nyak Dhien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan yang dipimpin olehnya terus bertempur sampai kehancurannya yaitu tahun 1901, karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Cut Nyak Dhien semakin tua, matanya sudah mulai rabun dan ia terkena penyakit encok dan jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulitnya memperoleh makanan. Penangkapan Cut Nyak Dhien oleh Belanda Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya. Hingga akhirnya anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena merasa iba, dan Belanda menyerang markas Cut Nyak Dhien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Cut Nyak Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh, namun karena Cut NYak Dhien memiliki penyakit rabun, akhirnya ia berhasil di tangkap. Cut Nyak Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Sayangnya, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda. Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanannya yang sudah dilakukan oleh Ayah dan Ibunya. Setelah ditangka, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di sana. Akhirnya penyakit rabun dan encok yang dideritanya berangsur sembuh. Namun, akhirnya Cut Nyak Dhien dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena Belanda takut jika kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk. Pengasingan dan Wafatnya Cut Nyak Dhien Pengasingan Cut Nyak Dhien Cut Nyak Dhien dibawa ke Sumedang bersama dengan beberapa tahanan politik Aceh lainnya dan menarik perhatian bupati Suriaatmaja. Selain itu, tahanan laki-laki juga menyatakan perhatian pada Cut Nyak Dhien, tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapkan identitas tahanan. Cut Nyak Dhien ditahan bersama ulama bernama Ilyas, Ilyas segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli agama Islam, sehingga ia dijuluki sebagai “Ibu Perbu”. Namun pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam “Ibu Perbu”, baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, yaitu Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan di Belanda. Ibu Perbu, diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964. Demikianlah posting artikel kali ini tentang Biografi dan Profil Lengkap Cut Nyak Dhien yang dapat kami sampaikan, semoga dapat menjadi literatur yang bermanfaat bagi para pembaca. Baca Juga Artikel Biografi Lainnya Biografi Cut Nyak Dien – Indonesia mempunyai pahlawan perempuan yang berasal dari Aceh. Pahlawan itu bernama Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien adalah seorang tokoh perempuan hebat Indonesia yang tak kenal menyerah dalam berjuang melawan penjajah. Cut Nyak Dien lalu dijuluki sebagai “Ratu Aceh” karena tekadnya yang kuat dalam melawan kolonial Belanda di Aceh, Indonesia. Sepanjang masa hidupnya, Cut Nyak Dien terus melakukan pertempuran dan perlawanan dengan tujuan menggapai cita-cita bangsa, yaitu terbebas dari kekuasaan penjajah. Sumber Di artikel ini, Grameds akan mengetahui tentang kelahiran Cut Nyak Dien dan pernikahannya dengan Teuku Ibrahim, Cut Nyak Dien dan meletusnya Perang Aceh, Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien dan strategi Teuku Umar mengalahkan Belanda, Cut Nyak Dien berjuang sampai pengasingan, akhir hayat Cut Nyak Dien, Makam Cut Nyak Dien, fakta-fakta menarik tentang Cut Nyak Dien, hingga rekomendasi buku tentang Cut Nyak Dien. Kelahiran Cut Nya Dien dan Pernikahannya dengan Teuku IbrahimCut Nyak Dien dan Meletusnya Perang AcehCut Nya Dien Bersama Teuku UmarCut Nyak Dien dan Strategi Teuku Umar Mengalahkan BelandaCut Nyak Dien Berjuang Sampai PengasinganAkhir Hayat Cut Nyak DienMakam Cut Nyak DienFakta-fakta Menarik Tentang Cut Nyak DienRekomendasi Buku Tentang Cut Nyak Dien1. Seri Pahlawan Nasional Cut Nyak Dien 2020 karya Watiek Ideo & Nindia Maya2. 21 Wanita Perkasa Yang Ditempa Oleh Budaya Aceh 2021 karya Qismullah Yusuf3. UUD 1945 Lengkap dengan Pahlawan Nasional & Revolusi 2018 karya Tim Redaksi BIPRekomendasi Buku & ArtikelKategori Biografi Pahlawan IndonesiaMateri Terkait Kelahiran Cut Nya Dien dan Pernikahannya dengan Teuku Ibrahim Cut Nyak Dien termasuk keturunan dari bangsawan Aceh. Beliau lahir tahun 1848 di kampung Lam Padang Peukan Bada, wilayah VI Mukim, Aceh Besar. Semasa kecil, Cut Nyak Dien dikenal sebagai gadis yang cantik. Kecantikan itu semakin lengkap dengan pintarya Cut Nyak Dien dalam bidang pendidikan agama. Pada tahun 1863, saat itu Cut Nyak Dien berusia 12 tahun, ia dijodohkan dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari Teuku Po Amat, Uleebalang Lam Nga XIII. Suaminya adalah pemuda yang wawasannya luas dan taat agama. Cut Nyak Dien dan Teuku Umar menikah dan memiliki buah hati seorang laki-laki. Riwayat sejarah Aceh mencatatkan bahwa Teuku Ibrahim berjuang melawan kolonial Belanda. Teuku Ibrahim sering kali meninggalkan Cut Nyak Dien dan anaknya karena melakukan tugas mulia yaitu berjuang melawan kolonial Belanda. Berbulan-bulan setelah meninggalkan Lam Padang, Teuku Ibrahim kembali datang untuk menyerukan perintah mengungsi dan mencari perlindungan di tempat yang aman. Atas seruan dari suaminya itu, Cut Nyak Dien bersama penduduk lainnya kemudian meninggalkan daerah Lam Padang pada 29 Desember 1875. Kabar duka menimpa Cut Nyak Dien, pada 29 Juni 1878, Teuku Ibrahim wafat. Kematian suaminya itu membuat Cut Nyak Dien terpuruk. Namun, kejadian itu tidak membuatnya putus asa, justru sebaliknya menjadi alasan kuat Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan sosok suaminya yang sudah wafat. Cut Nyak Dien dan Meletusnya Perang Aceh Pada 26 Maret 1873, Belanda memulai perang dengan Aceh. Belanda melalui armada kapal Citadel van Antwerpen, mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh. Selanjutnya, pada tanggal 8 April 1873, Belanda di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler berhasil mendarat di Pantai Ceureumen dan langsung menguasai dan membakar Masjid Raya Baiturrahman, Aceh. Apa yang dilakukan oleh Belanda tersebut kemudian memicu terjadinya perang Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan sekitar prajurit Belanda. Tetapi, Kesultanan Aceh bisa memenangkan perang pertama melawan Belanda tersebut dengan tertembaknya Köhler hingga tewas. Pada tahun 1874-1880, di bawah kepemimpinan Jenderal Jan van Swieten, wilayah VI Mukim berhasil diduduki oleh Belanda begitu juga dengan Keraton Sultan yang akhirnya harus mengakui kekuatan hebat dari kolonial Belanda. Dengan kejadian tersebut, memaksa Cut Nyak Dien dan bayinya mengungsi bersama penduduk serta rombongan lain pada 24 Desember 1875. Namun, Teuku Ibrahim tetap bertekad untuk merebut kembali daerah VI Mukim. Sayangnya, ketika Teuku Ibrahim bertempur di Gle Tarum, dirinya tewas pada 29 Juni 1878. Hal itu akhirnya membuat Cut Nyak Dien sangat marah dan bersumpah untuk menghancurkan Belanda. Cut Nya Dien Bersama Teuku Umar Selepas kematian Teuku Ibrahim, Cut Nyak Dien menikah lagi dengan Teuku Umar, seorang tokoh pejuang Aceh. Bukan hanya diikatkan dengan tali pernikahan saja, tetapi keduanya bersatu untuk melawan penjajah. Pernikahan antara Cut Nyak Dien dengan Teuku Umar terbilang merupakan kisah yang menarik. Cut Nyak Dien beralasan ingin berjuang bersama dengan laki-laki yang mengizinkannya turun ke medan perang untuk melawan kolonial Belanda, bukan hanya ingin mendapatkan sosok kepala rumah tangga saja. Awalnya Cut Nyak Dien menolak, karena Teuku Umar memperbolehkan Cut Nyak Dien untuk melawan penjajah, akhirnya Cut Nyak Dien menerima pinangan dari Teuku Umar dan mereka menikah pada tahun 1880. Dengan bersatunya Cut Nyak Dien dan Teuku Umar, meningkatkan moral dan semangat para pejuang Aceh semakin berkobar. Seakan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Teuku Umar mencoba untuk mendekati Belanda dan mempererat hubungannya dengan orang Belanda. Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah sekitar 250 orang kemudian pergi ke Kutaraja dan menyerahkan diri kepada kolonial Belanda. Strategi dari Teuku Umar akhirnya berhasil untuk mengelabui Belanda hingga mereka memberi gelar pada Teuku Umar yaitu Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikan Teuku Umar sebagai komandan unit pasukan Belanda yang memiliki kekuasaan penuh. Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar menguatkan barisan para pejuang untuk kembali mengusir Belanda dari bumi Aceh. Keduanya, melakukan pertempuran dengan semangat juang yang membara. Salah satu keberhasilan yang telah mereka lakukan yaitu merebut kembali kampung halaman Cut Nyak Dien dari kolonial Belanda. Selain itu, Teuku Umar juga berpura-pura tunduk kepada Belanda demi mendapatkan pasokan persenjataan yang kemudian mereka gunakan untuk kembali menyerang penjajah. Cut Nyak Dien dan Strategi Teuku Umar Mengalahkan Belanda Demi memuluskan strategi mengalahkan Belanda, Teuku Umar rela dianggap sebagai penghianat oleh orang Aceh. Tidak terkecuali oleh Cut Nyak Meutia yang datang menemui dan memarahi Cut Nyak Dien. Meskipun begitu, Cut Nyak Dien tetap berusaha menasihatinya Teuku Umar untuk fokus kembali melawan dan mengalahkan Belanda. Saat kekuasaan Teuku Umar dan pengaruhnya cukup besar, Teuku Umar memanfaatkan momen itu untuk mengumpulkan orang Aceh di pasukannya. Ketika jumlah orang Aceh di bawah komando Teuku Umar sudah cukup, lalu Teuku Umar melakukan rencana palsu ke orang Belanda dan mengklaim jika dirinya ingin menyerang basis Aceh. Setelah itu, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien pergi dengan seluruh pasukan serta perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda. Namun, mereka tidak pernah kembali lagi ke markas Belanda. Strategi pengkhianatan yang dilakukan oleh Teuku Umar disebut Het verraad van Teukoe Oemar pengkhianatan Teuku Umar. Strategi yang apik oleh Teuku Umar untuk mengkhianati Belanda ini membuat Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar. Tetapi, para gerilyawan Aceh saat ini sudah dilengkapi perlengkapan dari Belanda dan cukup untuk melawan Belanda. Ketika Jenderal Van Swieten diganti, orang yang menggantikan posisinya yaitu Jenderal Jakobus Ludovicus Hubertus Pel dengan cepat terbunuh oleh gerilyawan Aceh itu, hingga akhirnya membuat para pasukan kolonial Belanda dalam kondisi yang sangat sulit dan kacau. Cut Nyak Dien Berjuang Sampai Pengasingan Waktu demi waktu berlalu, Teuku Umar gugur dalam medan perang di Meulaboh. Suami kedua Cut Nyak Dien itu gugur karena itikad penyerangannya telah diketahui oleh pasukan Belanda sejak awal. Walaupun orang-orang yang disayanginya telah meninggalkannya, Cut Nyak Dien masih terus melanjutkan pertempurannya selama enam tahun. Ia bergerilya dari satu wilayah ke wilayah lain. Dalam waktu itu, ia bersama rakyat dan pejuang lainnya, dihadapkan pada kesulitan hidup penderitaan, kehabisan makanan, uang, dan pasokan senjata. Cut Nyak Dien dengan keadaan fisiknya yang mulai renta terus berupaya melarikan diri dari serangan Belanda. Walaupun Cut Nyak Dien dan pasukan tempurnya mulai melemah karena ancaman demi ancaman yang datang dari Belanda. Sayangnya, panglima pasukannya, Pang Laot berkhianat. Pengkhianat bersama pasukan Belanda lain kemudian mencari keberadaan Cut Nyak Dien. Mereka berhasil menemukan persembunyian Cut Nyak Dien dan kemudian membawa Cut Nyak Dien ke Kutaradja. Pang Laot meminta kepada Belanda agar Cut Nyak Dien mendapat perlakuan baik oleh Belanda. Gubernur Belanda di Kutaradja, Van Daalen, tidak menyenangi hal tersebut sehingga Cut Nyak Dien diasingkan ke pulau Jawa, tepatnya di Sumedang, Jawa Barat, pada 1907. Setahun masa pengasingannya, Cut Nyak Dien mengakhiri perjuangan selama masa hidupnya. Cut Nyak Dien menjadi salah satu sosok wanita Indonesia yang patut dicontoh keberaniannya. Sejak 2 Mei 1964, Cut Nyak Dien dianugerahi sebagai pahlawan nasional Indonesia melalui SK Presiden RI Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964. Cut Nyak Dien merupakan seorang perempuan Aceh yang tidak kenal menyerah dalam berjuang, ia terus berjuang hingga akhir hayatnya. Akhir Hayat Cut Nyak Dien Pang Laot, seorang pengawal Cut Nyak Dien melaporkan lokasi markas Cut Nyak Dien kepada Belanda. Hal tersebut membuat Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Pasukan Cut Nyak Dien terkejut dan bertempur dengan mati-matian, hingga akhirnya Cut Nyak Dien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Setelah tertangkap oleh Belanda, Cut Nyak Dien dibawa dan dirawat di Banda Aceh. Penyakit rabun dan encoknya berangsur sembuh. Namun, malangnya Cut Nyak Dien dibuang ke tanah Sumedang, Jawa Barat. Cut Nyak Dien dibawa ke Sumedang, Jawa Barat, bersama tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian salah satu orang yaitu bupati Suriaatmaja. Tahanan laki-laki lainnya juga turut menyatakan perhatian mereka kepada Cut Nyak Dien, namun tentara Belanda dilarang mengungkap identitas tahanan. Cut Nyak Dien ditahan bersama seorang ulama bernama Ilyas dan ulama tersebut segera menyadari bahwa Cut Nyak Dien merupakan ahli dalam agama Islam. Hal itu membuat Cut Nyak Dien dijuluki sebagai “Ibu Perbu”. Makam Cut Nyak Dien Cut Nyak Dien meninggal pada 6 November 1908 karena usianya yang sudah tua dan kondisinya yang sering sakit-sakitan. Setelah itu, Cut Nyak Dien dimakamkan di daerah pengasingannya di Sumedang. Makam Cut Nyak Dien sendiri baru ditemukan pada tahun 1959, itu juga karena permintaan Ali Hasan, Gubernur Aceh saat itu. Presiden Soekarno melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 1964 menetapkan Cut Nyak Dien sebagai Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1962. Sementara rumah Cut Nyak Dien di Aceh dibangun kembali oleh pemerintah daerah setempat sebagai simbol perjuangannya di Tanah Rencong. Hingga sekarang, cerita tentang perjuangan Cut Nyak Dien masih sering diperbincangkan dan dipelajari sebagai bagian dari sejarah di sekolah-sekolah dan pengetahuan umum. Fakta-fakta Menarik Tentang Cut Nyak Dien Ada beberapa fakta-fakta yang menarik tentang Cut Nya Dien, di antaranya Cut Nyak Dien merupakan keturunan bangsawan besar yang berjuang bersama rakyat Menikah di usia yang masih muda, yaitu 12 tahun Ikut berjuang melawan penjajah bersama suaminya Menikah kedua kali dan tetap melakukan perlawanan terhadap Belanda Cut Nyak Dien terus melakukan perjuangan dalam masa hidupnya BACA JUGA Biografi Ki Hajar Dewantara Perjalanan Hidup Bapak Pendidikan Indonesia Biografi WR Supratman, Sang Pencipta Lagu Indonesia Raya Biografi Ir. Soekarno, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia Daftar Pahlawan Nasional Indonesia Profil & Sejarahnya Biografi BJ Habibie, Bapak Teknologi Indonesia yang Visioner Rekomendasi Buku Tentang Cut Nyak Dien 1. Seri Pahlawan Nasional Cut Nyak Dien 2020 karya Watiek Ideo & Nindia Maya Buku ini membahas tentang bagaimana perjuangan perempuan tangguh dan pemberani dari Aceh. Keberanian Cut Nyak Dien turut mengobarkan semangat rakyat Aceh untuk melawan kolonial Belanda. Semasa hidupnya, waktunya habis untuk membela dan memperjuangkan bangsanya dari penjajahan Belanda. Buku ini cocok dibaca pelajar untuk mengenal perempuan dan pahlawan tanah air ini. Bagaimana kelanjutan cerita Cut Nyak Dien? Mari baca buku ini! 2. 21 Wanita Perkasa Yang Ditempa Oleh Budaya Aceh 2021 karya Qismullah Yusuf Dalam sejarahnya, budaya Aceh telah melahirkan para wanita tangguh yang memiliki keberanian. Bahkan, kepiawaian perempuan dalam memimpin tak kalah dari para sultan pada zamannya. Buku ini menceritakan sosok 21 wanita tangguh yang oleh budaya, agama, adat dan reusam Aceh. Sering dijumpai ada wanita yang mahir dalam mengurus kerajaan bahkan hingga mengurusi perdagangan sampai ke luar negeri. Ada juga wanita yang sangat pemberani, yang memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda hingga sampai titik darah penghabisan, ia bernama Cut Nyak Dien. Di antara wanita-wanita itu banyak yang profilnya masih belum diketahui dengan meluas dalam sejarah, padahal peran mereka sangat penting. Buku ini disusun bukan hanya bersumber dari literatur, namun lebih banyak berdasarkan wawancara, visitasi, dan observasi. Penulis buku ini menyempatkan diri untuk mengumpulkan cerita-cerita tentang para wanita tangguh, di sela-sela kegiatannya sebagai pedagang dan konsultan di dalam dan luar negeri. Buku ini memuat lebih dari 200 narasumber yang telah penulis wawancarai untuk memperoleh informasi dan data yang telah ia kumpulkan mulai tahun dari 1964. Buku ini juga merupakan hasil kegigihan penulis selama lebih dari 50 tahun untuk mengabadikan nama mereka, wanita-wanita tangguh, hebat, dan pemberani yang bisa menjadi inspirasi bagi para perempuan di Indonesia sekarang. 3. UUD 1945 Lengkap dengan Pahlawan Nasional & Revolusi 2018 karya Tim Redaksi BIP Buku ini, antara lain memuat UUD 1945, Amandemen I-IV dengan Penjelasannya Lengkap Bagian-Bagian yang Diamandemen, Proses dan Perubahan Amandemen, Pancasila, Sumpah Pemuda, Teks Proklamasi dan Piagam Jakarta, profil lengkap Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dari masa ke masa serta profil lengkap Pahlawan Nasional dan Pahlawan Revolusi Indonesia. Nah, itulah artikel tentang biografi Cut Nya Dien, Semoga bermanfaat bagi Grameds, ya! Rekomendasi Buku & Artikel Kategori Biografi Pahlawan Indonesia Buku Autobiografi Buku Biografi Ir. Soekarno Buku Biografi Jackma Buku Biografi Jokowi Buku Orang Sukses Materi Terkait Biografi RA Kartini Biografi Cut Nyak Dien Biografi Gus Dur Biografi Ki Hajar Dewantara Biografi Pattimura Biografi Ir. Soekarno Biografi WR Supratman Biografi Jendral Soedirman ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien Berperan sebagai pahlawan untuk Indonesia, Cut Nyak Dhhien adalah seorang pahlawan wanita yang gencar melakukan perlawanan terhadap masa penjajahan Belanda di daerah Nyak Dhien lahir di daerah Lampadang Aceh sekitar tahun 1848 dan telah meninggal di Sumedang, Jawa Barat pada 6 November 1908. Pada masa kecil ia adalah seorang wanita yang cantik. Ia mengerti pendidikan ilmu agama atas didikan orang tua dan guru ilmu agama ia juga mendapat ilmu rumah tangga dari orang tuanya agar suatu saat bijak dalam meangani kehidupan sehari-hari. Cut Nyak Dien juga dinikahkan pada usia sangat muda, ia menikah pada usia 12 tahun bersama dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga di tahun 1862 dan dikaruniai seorang anak riwayat ia berjuang melawan Belanda pada masa perang Aceh. Hingga saat besar Cut Nyak Dien memiliki tekad kuat dalam bertempur pada masa perang. Pada saat itu suaminya, Ibrahim Lamnga terus bertempur melawan perang Aceh terjadi sekitar tanggal 26 Maret 1873. Perang diawali saat pasukan Belanda menigirimkan bunyi meriam ke wilayah Aceh. Adapun Perang Aceh dan Belanda ini terjadi selama dua babak Melawan Belanda bersama Rakyat AcehBabap pertama perang Aceh dipimpin oleh Panglima Poim dan Sultan Machmud Syah. Saat itu pasukan aceh mengerapkan segala kekuatan untuk melawan pasukan Belanda yang di tulis sekitar prajurit Belanda dan dipimpin oleh Rudolf source Belanda sungguh kejam saat itu karena Pemimpin Kohler dan pasukannya mendarat di tepi Pantai Ceureumen dengan membakar sebuah Masjid Raya Baiturrahman sekitar tanggal 8 April sengit dan genting pun mulai terjadi, Ibrahim Lamnga suami Cut Nyak Dien bersama rakyat Aceh bertempur dan berakhir dengan kemenangan bagi Kesultanan Aceh. Salah satu pasukan Belanda Kohler ditemukan tewas terus berlanjut pada babak kedua sekitar tahun 1874 hingga 1880. Saat inilah Keraton Sultan Aceh jatuh di tangan lawan. Pada saat itu Cut Nyak Dien juga membawa bayinya dan golongan ibu-ibu juga rombongan rakyat aceh untuk mengungsi bersama, sekitar tahun 1875 selama peperangan Juga 68 Quotes Tan Malaka, Pahlawan Revolusioner IndonesiaSuami Cut Nyak Dien Tewas di wilayah Gle TarumKabar sedih pun terjadi kepada Cut Nyak Dien karena peperangan di wilayah Gle Tarum merenggut nyawa suaminya. Dalam pertempuran melawan Belanda Ibrahim Lamnga telah tewas lebih dulu pada 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dien gencar akan amarah dan berjanji untuk menghancurkan pasukan tahun berlalu Cut Nyak Dien menikah lagi pada tahun 1880 bersama dengan Teuku Umar, mereka dikaruniai seorang anak bernama Cut Gambang. Sebagai pasangan suami istri mereka terus bertempur bersama melawan Belanda. Teuku Umar memiliki taktik saat itu melalui kecerdikannya, ia mengelabui Belanda dengan berpura-pura untuk berpihak kepada ini dilakukan dan Teuku umar berhasil mengambil simpanan senjata dari pasukan Belanda untuk mendongkrak rakyat Aceh dalam peperangan. Karena penghianatan tersebut Cut Nyak Dien dan Teuku Umar menjadi buruan Belanda. Hingga akhirnya Teuku Umar gugur tertembak pada tanggal 11 Februari Nyak Dien akhirnya meneruskan perjuangannya sendirian di medan tempur yaitu di pedalaman Meulaboh dengan beberapa pasukan kecilnya. Namun beberapa pasukan Aceh dan Cut Nyak Dien mengalami kekalahan di tahun 1901 hingga membuatnya dalam keadaan Belanda memang berhasil menguasai jalannya pertempuran karena sangat terbiasa dalam medan tahun berlalu sosok Cut Nyak Dien akhirnya wafat di usianya yang sangat tua pada 6 November 1908. Cut Nyak Dien telah tertulis sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No. 106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964 pada pemerintahan Ir. Soekarno atas dasar permintaan Gubernur Aceh saat itu Bapak Ali Juga 37 Quotes Inspiratif Para Pahlawan IndonesiaQuotes Bijak Cut Nyak DienItulah seberkas tulisan mengenai riwayat perjuangan Cut Nyak Dien dan pasukannya dalam melawan pasukan Belanda. Semoga bisa diambil ilmu pengetahuannya untuk beberapa kata bijak dari sosok hebat Cut Nyak Dien, yang bisa menginspirasi kita semua!“Cuma sedikit orang yang rela menjadi kecil, sehingga bisa dipakai oleh Allah untuk melewati lubang-lubang ujian yang sempit.” – Cut Nyak Dien“Orang Islam memerangi kejahatan pada dua front dosa dari dalam dan kejahatan setan dari luar.” – Cut Nyak Dien“Pembenaran berarti pengenyahan kejahatan manusia dan pelimpahan kebaikan Allah.” – Cut Nyak Dien“Dalam menghadapi musuh, tak ada yang lebih mengena daripada senjata kasih sayang.” – Cut Nyak Dien“Penjagaan terbaik bagi generasi muda adalah contoh yang baik bagi generasi tua.” – Cut Nyak Dien“Pada waktu kita khawatir, kita terkadang lebih percaya pada masalah kita dari pada janji Allah.” – Cut Nyak Dien“Saat terbaik untuk membuktikan bahwa kita adalah pemenang yaitu saat ketika kita tampak kalah.” – Cut Nyak DienTidak ada kemarahan yang begitu berpengaruh seperti pengaruh dari teladan yang baik. – Cut Nyak Dien“Kita tidak akan menang bila kita masih terus mengingat semua kekalahan.” – Cut Nyak Dien“Kewajiban berusaha adalah miliki kita, hasil adalah milik Allah.” – Cut Nyak DienNOTE Kutipan diambil dari beragam sumber.