RandaAnak 1 Diy Komunitas Randa Palembang Manis Video Siswi Sma 2018 Randa Slawi Tegal Cari Jodoh Randa Cirebon Di Facebook Janda 2018 Mencari Pasangan Hidup Tanggung Jawab Cari Jodoh Randa Majenang Di Facebook Daftar Nomor Wa Janda Lampung Komunitas Randa Blitar Anggun Janda Bukan Pelakor Yogyakarta Randa Semarang Cari Jodoh 2018 Cari Jodoh Otoydan Ali Oncom berusaha untuk mencarikan jodoh untuk Doyok. Berbagai cara ditempuh agar wasiat sang ibu berhasil dijalankan oleh Doyok, yaitu menikahi wanita idamannya. Tingkah konyol Otoy dan Ali Oncom yang akan membuat penonton dibawah tertawa terbahak-bahak. Semuanya bisa kamu saksikan di film Indonesia terbaru yang disutradarai oleh Anggy Umbara dan sudah tayang mulai PALEMBANG KOMPAS.com. - Legenda tentang ajang mencari jodoh pada momen perayaan Cap Go Meh (hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek) di Pulau Kemaro, Kota Palembang, Sumatera Selatan, sampai sekarang masih dipercayai oleh sebagian warga keturunan Tionghoa.. Setiap tahun, saat perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan di pulau yang berada di tengah Sungai Musi itu, warga BapakSeribu Janda. Selain itu Diyanah Anggi juga ingin sekali menikah dengan orang jawa walau saya berasal dari Palembang, tapi jikalau tidak juga bukan masalah yang wajib kok Diyanah Anggi Janda Palembang Cari Jodoh 2018. Bapak Seribu Janda Jodoh Online, Cari Jodoh, Janda Muda Bapak Seribu Janda. Hubungi Diyanah Anggi via WhatsApp 08574237xxx. YesiIndola Sari yang mencari jodoh di Youtube, viral di media sosial TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Seorang oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) mendadak jadi viral di media sosial. PNS cantik bernama Yesi Indola Sari (37) menggalang dana untuk membayar utang sebesar Rp 150 juta di bank. Sayatinggal di BSD city tangerang sela 8: Brian: Khara Mar 17, 2016 9:09am: Cari Cewek buat Bantuin keluarin sperma Gw We would like to show you a description here but the site won't allow us "The men for whom all 10 bases were named Facebook Free Stuff Near Me Deposit Rp 100 kewajiban kita bangun 2 kaki saja selanjutnya duplikasikan UtamiCewek Gadis Cari Jodoh di Palembang Sumatera Selatan Indonesia Nama : Siti Utami Din Umur : 18 tahun Agama Kota Makasar: Pendidikan: MI Negeri Makasar, SMP Makasar, Aliyah Makasar, S1 Bertanggungjawab 2018 Janda Muda Cari Jodoh Jakarta Untuk Nikah Randa Bekasi Cari Jodoh Siap Nikah Janda Salem Siap Di Madu Cari Jodoh Blitar 2018 Siswi Sma Temanggung Sudah Randa Randa Tkw Siap Nikah 2018 Group Whatsapp Janda Madiun Janda Anak 1 Jakarta Barat Kumpulanberita Kota Palembang terbaru : Wisata Religi Alquran Raksasa, Masuknya Murah, Fasilitasnya Wah! Bisa Cari Jodoh di Festival Pedestarian Palembang . 14 Juli 2019 23:37 . Palembang Siapkan 2 Taman Kota Senilai 5,5 Miliar . 20 Juni 2019 10:44 . Lezatnya Mie Ayam Legendaris Palembang . Palembang IDN Times - Industri Radio sempat menjadi primadona di era 1980-an hingga dekade 2000. Penikmatnya didominasi anak muda yang mencari hiburan dari siaran frekuensi. Nostalgia radio dirasakan oleh masyarakat Palembang, mereka mengingat zaman kejayaan radio sebagai tempat mengulik informasi berkaitan dengan fashion, otomotif, olahraga, hingga masalah jodoh. tN9JV. Legenda atau cerita ajang mencari jodoh pada momen perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro Kota Palembang, Sumatera Selatan, hingga sekarang masih dipercayai oleh sebagian warga keturunan Tionghoa. Hal tersebut terbukti setiap tahun perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan di pulau berlokasi di tengah Sungai Musi itu, warga Tionghoa dari penjuru Tanah Air, bahkan dari sejumlah negara berduyun-duyun datang ke sana, khususnya kaum muda-mudi. "Mereka berharap akan mendapat keberuntungan bertemu jodoh," kata Ketua Panitia Penyelenggara Cap Go Meh Candra Husin di Palembang, Selasa 3/3. Menurut dia, tradisi mencari jodoh di balik perayaan Cap Go Meh telah berlangsung sejak 300 tahun silam. Warga Tionghoa, khususnya kaum muda-mudi, meyakini dengan perayaan keagamaan di Klenteng Hok Ceng Bio, Pulau Kemaro, akan dipertemukan jodoh. Di kelenteng yang dapat ditempuh dengan menyeberang menggunakan sampan motor sampan bermesin, red. dari dermaga PT Pusri Palembang dalam waktu tempuh lima menit sudah sampai di Pulau Kemaro. Setibanya di pulau itu, mereka melakukan ritual sembahyang dan memohon kepada Sang Pencipta. "Biasanya pemerintah setempat setiap perayaan Cap Go Meh menyediakan alat transfortasi air itu bagi para pengunjung secara gratis," kata Candra. Sementara itu, dari pemerintah provinsi mempersiapkan beberapa tongkang, yakni sampan besar yang ditarik dengan kapal motor sebagai sarana transportasi menuju Pulau Kemaro mulai Selasa malam difokuskan pada dua titik, yaitu pelabuhan PT Pusri dan dermaga Intirub. Arus lalu lintas tidak terlalu padat mengingat jumlah pengunjung akan meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai orang pada tahun 2014. Candra menjelaskan bahwa tradisi perayaan Cap Go Meh di Sumatera Selatan sama halnya dengan di daratan Tiongkok adalah hari muda-mudi cari jodoh. Pada zaman dahulu, anak perempuan tidak boleh ke luar rumah, hanya saat perayaan Cap Go Meh baru boleh bertemu dengan anak laki-laki untuk saling mengenal. "Dengan adanya kisah atau cerita untuk peruntukan jodoh, setiap perayaan Cap Go Meh, datang ke sini memohon supaya dipertemukan jodoh," kata Susanto, pengunjung dari Jambi. Menurut Diah, pengunjung dari Palembang, di Pulau Kemaro berdasarkan cerita ada pohon cinta, kalau menulis nama pria idaman, hubungannya akan menjadi langgeng dan menjadi jodoh. Konon, jika pasangan muda-mudi yang sedang menjalin hubungan kasih mengukir nama mereka di pohon itu, cinta mereka akan berlanjut sampai ke pelaminan. Tidak pelak lagi, pulau ini disebut juga Pulau Jodoh. Di Pulau Kemaro terdapat pohon cinta yang diyakini masyarakat Tionghoa sebagai pohon jodoh dengan menuliskan nama calon pasangannya. Datang Berniaga Menurut legenda, Tan Bu An adalah seorang putra raja dari negeri Tiongkok datang ke Palembang untuk berniaga. Putra Raja Tiongkok itu berniat untuk tinggal beberapa lama di negeri Sriwijaya setelah mendapat izin dari Raja Sriwijaya dengan syarat harus menyerahkan sebagian penghasilannya. Tan Bun An ternyata menyanggupi permintaan Raja Sriwijaya dan setiap minggu menyetorkan sebagian penghasilannya kepada Raja Sriwijaya sehingga suatu ketika bertemu dengan putri raja, Siti Fatimah, di istana. Sejak itu, pangeran dari negeri Tirai Bambu ini jatuh cinta. Begitu pula sebaliknya, Siti Fatimah. Mereka menjalin hubungan cinta. Selanjutnya, beberapa waktu kemudian Tan Bun An berniat menikahi karena merasa cocok dengan Siti Fatimah. Raja Sriwijaya merestuinya dengan syarat sang pangeran harus menyediakan sembilan guci berisi emas. Menurut Candra Husin, alkisah utusannya dari negeri Tiongkok telah datang ke Palembang membawa pesanan dari pangeran berupa sembilan guci emas. Setibanya di dermaga, Tan Bun An segera memerintahkan kepada utusannya untuk menunjukkan guci-guci tersebut. Setelah diperiksa isinya satu per satu, ternyata hanya berisi sayur sawi yang sudah membusuk. Karena kesal, Tan Bun An melemparkan guci satu per satu ke sungai. Tiba giliran terakhir guci tersebut terjatuh dan pecah sehingga batangan emas berserakan, ternyata di bagian bawah sawi terdapat emas batangan. Sang pangeran pun mencebur ke Sungai Musi hendak mengambil guci-guci berisi emas yang telah dibuang tersebut. Karena orang yang sangat dicintainya tidak juga muncul, akhirnya Siti Fatimah ikut mencebur ke sungai untuk mencari pangeran dari negeri Tiongkok itu. Konon cerita, setelah pangeran dari negeri Tiongkok dan putri Siti Fatiman mencebur ke Sungai Musi, tidak pernah muncul lagi ke permukaan hingga menjelmalah sebuah pulau kecil yang dikenal dengan Pulau Kemaro. Kemarau artinya walaupun air sungai naik atau banjir besar sekalipun, pulau tersebut tetap mengapung. Menurut Candra, setiap tahun perayaan Cap Go Meh, tidak kurang dari pengunjung yang sebagian besar warga keturunan Tionghoa untuk merayakannya. Terlebih lagi, kata dia, di Pulau Kemaro selain kelenteng, juga terdapat pagoda setinggi 45 meter menjadi destinasi wisata yang dicanangkan pemerintah sebagai ajang promosi Kota Palembang. Tradisi serta legenda inilah menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat keturunan Tionghoa di Kota Palembang maupun dari penjuru Tanah Air, bahkan luar negeri, seperti dari Singapura, Malaysia, dan Hong Kong, untuk merayakan Cap Go Meh di Pulau Kemaro. Palembang ANTARA Sumsel - Legenda atau cerita ajang mencari jodoh pada momen perayaan Cap Gomeh di Pulau Kemaro Kota Palembang Sumatera Selatan,hingga sekarang masih dipercayai oleh sebagian warga keturunan Tionghoa. Setiap tahun perayaan cap gomeh yang dipusatkan di pulau berlokasi di tengah Sungai Musi itu, warga Tionghoa dari penjuru Tanah Air berduyun-duyun datang ke sana, khususnya kaum muda-mudi, karena berharap akan mendapat keberuntungan bertemu jodoh, kata Ketua Panitia Penyelenggara Cap Gomeh Candra Husin di Palembang, Selasa. Menurut dia, tradisi mencari jodoh di balik perayaan Cap Gomeh telah berlangsung sejak 300 tahun silam, warga Tionghoa khususnya kaum muda-mudi meyakini dengan perayaan keagamaan di Klenteng Hok Ceng Bio digelar di Pulau Kemaro akan dipertemukan jodoh. Di kelenteng yang dapat ditempuh dengan menyeberang menggunakan sampan motor sampan bermesin-red dari dermaga PT Pusri Palembang dalam waktu tempuh lima menit sudah sampai di Pulau Kemaro melakukan ritual sembahyang dan memohon kepada Sang Pencipta. Biasanya pemerintah setempat setiap perayaan Cap Gomeh menyediakan alat transfortasi air itu bagi para pengunjung secara gratis, kata Candra menjelaskan. Dijelaskannya, tradisi perayaan Cap Gomeh di daratan Tiongkok adalah hari muda-mudi cari jodoh, zaman dulu anak perempuan tidak boleh ke luar rumah, hanya saat perayaan Cap Gomeh baru diizinkan boleh bertemu dengan anak laki-laki untuk saling mengenal. Dengan ada kisah atau cerita untuk peruntukan jodoh maka setiap perayaan Cap Gomeh datang ke sini memohon supaya dipertemukan jodoh, kata Susanto, salah satu pengunjung dari Jambi. Menurut Diah, pengunjung dari Palembang, di Pulau Kemaro berdasarkan cerita ada pohon cinta, kalau menulis nama pria idaman maka hubungannya akan menjadi langgeng dan menjadi jodoh. Di Pulau Kemaro terdapat pohon cinta yang diyakini masyarakat Tionghoa sebagai pohon jodoh dengan menuliskan nama calon pasangannya. Menurut legenda, Tan Bu An terjun ke Sungai Musi mencari guci yang dikira sawi asin berisikan emas pemberian orang tuanya, setelah mempersunting putri Palembang bernama Siti Fatimah. Setelah melihat kekasihnya tak kunjung muncul ke permukaan sungai, sang putripun ikut terjun ke Sungai Musi dan hingga sekarang kedua sijoli itu tak pernah terlihat lagi. Dari tempat dua sejoli ini terjun, maka munculah Pulau kecil yang tak tenggelam saat Sungai Musi airnya pasang sekalipun, sampai sekarang dikenal dengan nama Pulau Kemaro. Menurut Candra, tradisi serta legenda inilah menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tionghoa di Kota Palembang maupun dari penjuru Tanah Air bahkan luar negeri seperti dari Singapura, Malaysia dan Hongkong untuk merayakan Cap Gomeh di Pulau Kemaro. Setiap tahun perayaan Cap Gomeh tidak kurang dari 70 ribu pengunjung yang sebagian besar warga keturunan Tionghoa untuk merayakannya. Terlebih lagi di Pulau Kemaro selain kelenteng, juga terdapat pagoda setinggi 45 meter menjadi destinasi wisata yang dicanangkan pemerintah sebagai ajang promosi Kota Palembang, katanya. Anak muda banyak yang datang ke Festival Pedestrian Palembang 2019 - Festival Pedestrian Sudirman sukses digelar pada tanggal 13 agustus 2019 di daerah Car Free Night Sudirman, Palembang. Acara menampilkan pertunjukkan Barongsai, Keroncong, dan unjuk bakat para finalis Bujang Gadis ini disambut positif oleh warga Palembang, jalan utama kota Palembang mengalami kemacetan lebih parah daripada biasanya. Warga tampak berdesak-desakan di lokasi acara. Baca juga Ogah Bayar Kredit Motor, Pria Palembang Nipu Jadi Korban Begal Tak Cuma MXGP 2019, Ini Acara Seru Sepanjang Juli di Palembang Nikmatnya Olahan Pindang Khas Palembang Festival Pedestrian Sudirman ini dihadiri oleh Staf Khusus Walikota Palembang Bidang Pariwisata Herlan Asfiudin. "Pedestrian Sudirman sudah berhasil menjadi destinasi utama khususnya malam sabtu dan minggu. Tinggal pengelola harus memilah lagi siapa saja yang boleh membuka lapak disitu. Jangan sampai terkesan kumuh." Pedestrian Sudirman adalah trotoar lebar bagi pejalan kaki yang terdapat di ruas jalan utama kota Palembang, jalan Jenderal Sudirman. Dua kali dalam seminggu, ruas sebelah timur jalan ini dibebaskan dari kendaraan bermotor dan berubah menjadi kawasan bagi pejalan kaki, gerai kopi, gerai pempek, dan warga yang hendak mengekspresikan bakat mereka. Silakan baca konten menarik lainnya dari di Google News